“Remaja kerap mengalami krisis identitas karena usia remaja adalah transisi menuju kedewasaan. Ada begitu banyak yang terjadi, mulai dari perubahan bentuk fisik, hormon, dan banyak lagi.”
Krisis identitas adalah kondisi ketika seseorang mempertanyakan jati diri mereka dan apa fungsi mereka ada di dunia ini. Krisis identitas biasanya terjadi pada remaja yang sedang dalam masa analisis dan eksplorasi terkait perkembangan harga diri.
Sebenarnya, tidak hanya pada remaja, krisis identitas juga dapat terjadi di sepanjang hidup orang jika dia mengalami perubahan ataupun tantangan baru dalam hidupnya. Namun, remaja lebih rentan mengalami krisis identitas karena usia muda dan perkembangan hormonalnya. Informasi selengkapnya mengenai krisis identitas pada remaja bisa dibaca di sini!
Krisis Identitas pada Remaja
Remaja kerap mengalami krisis identitas dikarenakan usia remaja adalah transisi menuju kedewasaan. Pada masa transisi ini, ada begitu banyak yang terjadi mulai dari perubahan bentuk fisik,hormon, mulai menyukai lawan jenis, penerimaan teman sebaya, dan sebagainya. Kombinasi-kombinasi hal inilah yang membuat remaja kerap mengalami krisis identitas.
Tadi sudah disebutkan bahwa perkembangan ataupun perubahan identitas dan rasa percaya diri seseorang akan berlangsung seumur hidup. Nah, usia remaja adalah momen saat orang-orang pada umumnya mempertanyakan identitasnya.
Remaja mulai bertanya-tanya siapa mereka dan mengapa. Kemudian penasaran dengan banyak hal, mencari tahu siapa dirinya dengan mencoba identitas baru dan bereksperimen dengan penampilan atau minat baru yang berbeda.
Fluktuasi dalam pilihan ini adalah hal yang wajar. Namun pada beberapa kondisi, krisis identitas yang dialami remaja bisa menjadi di luar kontrol. Tandanya antara lain:
1. Kurangnya Keterikatan dengan Orang Tua
Masa remaja ditandai dengan perkembangan neurologis, kognitif, dan sosio psikologis yang signifikan. Perkembangan ini kerap membuat remaja cenderung beraktivitas sendiri tanpa melibatkan orang tua.
Akibatnya, ketika keterikatan dengan orang tua menghilang, orang tua kehilangan kontrol dengan anak sehingga tidak tahu apa-apa saja yang sudah dilakukan anak. Semestinya, dalam melewati fase perkembangannya, remaja perlu dampingan orang tua untuk memberikan batasan dan jangan sampai anak melibatkan diri pada perilaku negatif ataupun merugikan.
2. Tingkat Percaya diri yang Rendah
Rasa percaya diri yang rendah pada remaja bisa disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya adalah orang tua yang tidak mendukung, pengalaman traumatis, perundungan, teman sebaya yang memberikan pengaruh buruk, perpindahan tempat tinggal atau lingkungan baru, dan lain sebagainya.
3. Pengaruh Negatif dari Lingkungan
Sebagai remaja yang penuh dengan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru, sedikit pengaruh negatif bisa menjadi contoh yang buruk buat remaja. Bukan tak mungkin, justru remaja yang mendapatkan paparan buruk tersebut malah mengklaim hal-hal negatif tersebut sebagai identitasnya.
4. Kurangnya Penerimaan dalam Kelompok Sebaya yang Positif
Dalam pencarian identitasnya, tak jarang penerimaan teman sebaya menjadi sesuatu yang penting. Ketika rekan sebaya kurang memberikan penerimaan, maka yang kerap dilakukan oleh remaja adalah melakukan segala hal supaya diterima oleh kelompok yang dihormatinya. Ini justru malah menempatkan remaja tersebut dalam kondisi yang tidak sehat untuk perkembangan identitasnya.